Bersyukur,,,
Kaki ini masih diijinkan
untuk melangkah melewati jalan setapak berbatu
Mata ini masih diijinkan
untuk melihat pohon – pohon tinggi menjulang
Kulit ini masih diijinkan
untuk mengeluarkan keringat hingga kering tersapu oleh angin
Nafaspun masih mampu
berhembus menghirup udara sejuk pegunungan
Bersyukur,,tubuh ini masih
bisa merasakan kelelahan,
Walau sendiri, walau
sepi, namun hati terasa begitu damai..
Semuanya terangkum dalam
perjalanan yang kulalui hari ini..
Berjalan sendiri kulihat
alam disekitarku, sungguh indah, sejuk, dan menentramkan hati..
Hijau…seluruhnya bewarna
hijau, dihiasi bunga – bunga indah bewarnai – warni seperti pelangi..
Tak peduli, siapa yang
ada disekelilingku, siapa yang bersuara, ku merasa melebur menjadi satu dengan
alam..
Ah…alam…selalu
meninggalkan cerita, selalu ciptakan kenangan..
Satu kisah perjalanan ini, berawal ketika ku jatuh cinta pada
alam..
Perjalanan ini adalah secuil ungkapan perasaan cintaku
padaNya, pada sang pencipta Alam,
Melihat ciptaanNya membuatku merindu padaNya, bersama alam
melebur menjadi satu..
Oh..alam…tahukah kamu kenapa ku begitu mencintaimu??
Semuanya berawal ketika pertama kali kulihat mata hijaumu
menatapku, ketika kurasakan ketulusanmu memberi nafas kehidupan pada bumi,,
Mungkin orang berpikir aku gila, aku stress, aku gak waras,
tapi seperti inilah aku.
Aku tak peduli orang berkata apa, aku bahagia saat ini,
ketika aku sendiri, ketika aku dapat melihat alam sekitar, melihat keindahan
kota dibawahku, merasakan sejuknya angin pegunungan, merasakan lelah memanjat,
dan menulis impianku di titik terakhir.
Saat ini, hanya menulis dan menulis yang aku lakukan, karena
aku percaya serangkaian kalimat ini akan menjadi abadi seperti bunga edelweiss
yang melambangkan keabadian yang tumbuh dan mekar di pegunungan.
Ah…aku selalu bertanya, masihkah ada harapan? Hatiku
menjawab, PASTI, harapan itu masih ada, seperti pohon pisang yang ditebang, dia
akan tetap tumbuh dan menghasilkan tunasnya. Setidaknya sudah kutulis impianku
disini, aku akan tetap menunggu, entah impian itu datang/tidak.
Kulihat awan, bagaikan ombak menerpa pegunungan,
bergelombang, lembut, putih dan suci, karena tak pernah tersentuh tangan –
tangan kotor. Kuseperti melihat samudra diatas langit.
Hingga adzan dhuhur kudengar dari sini, hingga terik matahari
tepat berada diatasku, ku tetap menulis. Orang – orang berdatangan silih
berganti, mungkin melihatku aneh dan malang. Ah…mereka tak tahu betapa
bahagianya aku saat ini.
Panas…memang panas, ku tak peduli, biarlah sekali – kali kunikmati
ini, sebagai rasa syukurku masih dapat merasakan hangatnya ciptaanMu yang
begitu besar.
Awan putih….mereka bergerak, entah menuju kemana. Apakah sepertiku
yang tak memiliki tujuan hidup?TIDAK, disini telah kutilis impianku, bersama
yang belum kutemukan saat ini merajut mimpi bersama alam “Mencintai Alam”.
Sabtu, 12 Oktober 2013 11.30 WIB @GedongSongo Temple With Alone