Rabu, 20 Maret 2013

Pemasaran Sosial Bidang Kesehatan


Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan nilai tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi. (Fitrian, 2010)

Mendefinisikan pemasaran tidak hanya terbatas pada aktivitas menjual atau mengiklankan barang atau jasa saja. Pemasaran menurut Kotler (1997) merupakan sebuah proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain. Definisi pemasaran ini bersandar pada konsep inti yang meliputi kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands) (Kotler dan Amstrong, 1997:3).

Manusia harus menemukan kebutuhannya terlebih dahulu, sebelum ia memenuhinya. Usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan suatu hubungan. Dengan demikian pemasaran bisa juga diartikan suatu usaha untuk memuaskan kebutuhan pembeli dan penjual (Swasta, 1996). Dalam pemasaran dikenal istilah pemasaran sosial (Social Marketing). Philip Kotler (1984) memberikan batasan bahwa pemasaran sosial sebagai suatu kompleks yang terdiri dari desain, implementasi, dan pengawasan suatu program yang ditujukan untuk meningkatkan “penerimaan” gagasan (ide) sosial atau perilaku pada suatu kelompok sasaran. Prinsip ini diadopsi dari konsep “pemasaran komersial” yang menggunakan teknik analisis “riset pasar”, “pengembangan produk”, “penentuan harga”, “keterjangkauan”, atau “promosi”(Soekidjo, 2005:153).

Maka dengan demikian, pemasaran sosial berkaitan erat dengan aktivitas – aktivitas program kesejahteraan kemasyarakatan (misalnya kesehatan, kepemerintahan (misalnya pembangunan sumber daya melalui pendidikan), aktivitas lembaga sosial pemerintah atau pihak swasta non komersial dan lain sebagainya, baik secara terbatas (lokal) maupun nasional.(Wahyu, 2010) Social Marketing sudah lama dikenal di dunia dan diterapkan dalam “menjual” gagasan untuk mengubah pemikiran, sikap dan perilaku masyarakat. Tidak hanya itu, strategi ini juga terbukti dapat memberdayakan organisasi dalam memperoleh dukungan termasuk sumber dana yang potensial dari masyarakat secara luas.

Social marketing memang bukan sekadar memasarkan sebuah gagasan untuk tujuan non-profit. Social marketing atau pemasaran sosial pada intinya adalah upaya mengubah pandangan dan perilaku masyarakat melalui perubahan sosial. Menurut Prof. Dr. Emil Salim, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang juga mantan Menteri Lingkungan Hidup, organisasi nirlaba memainkan peranan penting dalam mengubah perilaku dan pandangan masyarakat. Ada beberapa faktor yang menyebabkannya, antara lain:
  1. trust terhadap pemerintah dan pengusaha menurun karena nasib rakyat kerap kali terabaikan;
  2. pembangunan terasa timpang karena lebih berat kepada pertimbangan ekonomi dibandingkan dengan kesetaraan sosial dan lingkungan hidup;
  3. teknologi informasi menumbuhkan daya kritis dan hubungan jejaring antar kelompok madani. “Dibidani” pertama kali oleh ahli pemasaran dunia di tahun 70-an, Philip Kotler dan Gerald Zaltman, istilah “social marketing” memiliki makna yang tak jauh dari arti kata “pemasaran” dalam dunia bisnis itu sendiri. Social marketing mengacu pada penerapan strategi pemasaran dalam memecahkan masalah sosial dan kesehatan masyarakat, pada awalnya.
Dalam kenyataan, teknik dan strategi pemasaran secara luar bisa telah berhasil mendorong masyarakat untuk membeli sebuah produk, sehingga secara teori para ahli melihat teknik-teknik menjual semacam itu juga bisa diadaptasi untuk “menjual” gagasan dan perilaku dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Selama ini, berbagai masalah sosial dan kesehatan dipicu oleh perilaku tertentu. Sebagai contoh penyebaran HIV-AIDS, kecelakaan lalu lintas atau kehamilan yang tidak diinginkan sangat terkait dengan perilaku dan pandangan yang perlu diubah.

Masalah-masalah kesehatan sendiri memang memiliki dimensi sosial, sekaligus individual. Sebagai contoh, hasil penelitian yang pernah dilakukan di Inggris memperlihatkan, kemiskinan merupakan indikator yang bersifat konsisten dan dasar dari sehat tidaknya masyarakat di Inggris. Kurangnya kesempatan, pilihan dan pemberdayaan memicu sulitnya masyarakat menerapkan gaya hidup sehat. Di sini, social marketing menawarkan sebuah solusi dengan mempengaruhi perilaku, tak hanya warga negara secara individu, namun juga kelompok masyarakat yang berpengaruh dan pembuat kebijakan.

Para pelaku pemasaran sosial, bisa menyasar pada media, organisasi-organisasi dan penyusun kebijakan serta peraturan. Social marketing sebagaimana pemasaran secara generik bukanlah teori yang berdiri sendiri. Pemasaran sosial merupakan sebuah kerangka atau struktur kerja yang tersusun atas berbagai pengetahuan lain seperti teori ilmu-ilmu psikologi, sosiologi, antropologi dan komunikasi dalam rangka memahami cara mempengaruhi perilaku masyarakat. Sebagaimana juga dasar marketing bisnis, pemasaran social didasarkan pada proses perencanaan logis yang melibatkan riset yang berorientasi pada konsumen, analisis pemasaran, segmentasi pemasaran, menentukan sasaran dan identifikasi strategi dan taktik pemasaran. Meskipun begitu, seperti diungkapkan Kotler maupun Zaltman, penerapan pemasaran sosial jauh lebih sulit dibandingkan pemasaran bisnis (Ritha, 2003).

Pemasaran sosial dipengaruhi oleh perilaku interaktif yang terus berubah, dalam iklim ekonomi, sosial dan politik yang kompleks. Apabila pemasaran bisnis menyasar tujuan utama untuk mempertemukan target para pemegang saham. Maka, social marketing menargetkan keinginan masyarakat untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidup mereka. Perjalanan berkembangnya social marketing sendiri pada dasarnya terjadi paralel dengan perkembangan bidang pemasaran komersil. Selama akhir tahun 50an dan awal 60-an, para ahli dan pendidik pemasaran telah membahas potensi dan keterbatasan praktik pemasaran sosial pada bidang yang baru seperti politik dan sosial. Sebagai contoh, Wiebe (seorang ahli pemasaran) pernah mempertanyakan, apakah “Rasa persaudaraandapat “dijual” seperti memasarkan sabun?”.

Sebagaimana fenomena berbagai masalah sosial dan berbagai solusi yang diambil, salah satu jalan keluar menuju pemahaman dan penerapan strategi social marketing adalah melalui pendidikan, semisal pelatihan atau lokakarya (Les Robinson, 1992). Bagaimana pun mendidik tidaklah mudah. Pendidikan sendiri sebenarnya bukan bertujuan untuk membuat “pembelajar menjadi tahu lebih banyak”. Melainkan membuat pembelajar “mengubah cara mereka melakukan sesuatu”. Tentu ini bukan perkara mudah! Mengubah perilaku manusia memang selalu menjadi sebuah kegiatan yang paling problematis dalam hubungan antarmanusia. Untuk dapat mengubah perilaku manusia, tidak hanya dibutuhkan strategi periklanan atau kehumasan (public relation).

Mengubah perilaku dan pandangan manusia tidaklah seperti merenovasi konstruksi bangunan. Menurut Les (1992), mengubah pandangan serta perilaku masyarakat lebih dari sekadar membangun sebuah kesadaran. Menurutnya lagi, landasan mengubah masyarakat adalah dengan menanggulangi hambatan.

Sumber Pustaka: Banoma, Thomas V. dan Gerald Zaltman.2003. Psychology for Management dalam RithaF
Dalimunthe. Peranan Manajemen Konflik Pada Suatu Organisasi. USU digital library Basu, Swastha. 1996. Azas-Azas Marketing, Edisi Ketiga.Yogyakarta:Liberty E,Wahyu. 2010. Komunikasi Pemasaran Sosial Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Untuk Menanggulangi Penyakit Demam Berdarah . publikasi.umy.ac.id fitrian.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/.../Pengertian+Pemasaran.do... Kotler, P .1997. Manaiemen Pemasaran Jilid 1, Edisi Kesembilan. PT. Dadi. Kaguna Abadi Kotler, P.1984. Marketing Management, 5 th Ed. Prentice Hall Inc., USA Kotler dan Armstrong, (terjemahan Alexander Sindoro). 2000. Dasar-dasar Pemasaran.Jakarta: Prenhallindo. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka. Cipta www.ibl.or.id/en/ibl/html/data/File/PPF/PENDAHULUAN.pdf

Infeksi Nosokomial


Jenis infeksi nosokomial apa yang sering terjadi?
Jenis infeksi nosokomial yang sering terjadi menurut Tietjen dkk (2004) berdasarkan survey yang dilakukan yaitu:
a. Infeksi tempat pembedahan atau infeksi luka operasi Menurut Vannesa (2010) infeksi luka operasi adalah sebuah luka bedah atau infeksi yang harus terjadi dalam waktu 30 hari dari operasi bedah. Tanda dan gejala setidaknya adanya salah satu dari tanda dan gejala berikut ini: 

  1. Bernanah dari tempat pembedahan,
  2. Purulen dari luka atau drain ditempatkan di luka,
  3. Organisme terisolasi dari budaya luka aseptik diperoleh,
  4. Harus setidaknya satu dari tanda-tanda dan gejala infeksi - rasa sakit atau nyeri, pembengkakan lokal, atau kemerahan / panas.
b. Infeksi Saluran kemih (ISK) Infeksi saluran kemih kemungkinan terjadi terutama setelah tindakan kateterisasi. Tindakan infasive lainnya seperti tindakan operatif vagina, oleh karena itu pencegahan infeksi saluran kemih (nosokomial) merupakan suatu keharusan. Sebagai penyebab adalah bakteri gram negative terutama Psudomonas sp. dan kelompok Enterobacter dengan manifestasi klinisnya adalah nyeri suprasimfisis, nyeri pinggang, disuria, serta urin yang keruh atau piuria (Darmaji, 2008). Infeksi nosokomial saluran kemih dihubungkan dengan penggunaan kateter urin yang menyebabkan 3-10% resiko infeksi setiap harinya. Antara infeksi nosokomial jenis lainnya, infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang paling sering terjadi atau atau sekitar 35 % dari total kejadian infeksi nosokomial.


c. Febris Puerperalis Febris puerperalis atau demam nifas merupakan infeksi yang muncul pascapersalinan pervaginam. Tidak semua persalinan berjalan spontan. Diperkirakan 7-8% akan mengalami kesulitan atau distoria (patologis). Untuk menyelesaikan persalinan distosia ini diperlukan adanya tindakan infasife yang sering kali membutuhkan instrument medis. Resiko adanya terjadinya trauma jalan lahir serta trauma pada janin. Trauma jalan lahir yang terjadi berupa robekan, laserasi, serta pendarahan yang dapat menimbulkan infeksi. Trauma juga terjadi karena pengunaan instrument medis untuk mengatasi persalinan. Terjadinya infeksi karena mikrobia pathogen terutama berasal dari flora normal vagina dan kulit di sekitar perineum, serta instrument medis dan operator.

Beberapa penelitian menyebutkan bakteri penyebab infeksi yaitu Stapylococcus Haemolyticus, Streptococcus Aureus, Escherichia Coli. d. Infeksi Saluran Cerna Seorang pasien yang sedang dirawat dapat digolongakn terjangkit infeksi saluran cerna apabila ditemukan gejala-gejala: adanya nyeri perut secara mendadak kadang-kadang diserati nyeri kepala, nausea dan muntah-muntah yang diikuti diare, dapat disertai/tanpa demam. Dikeadaan dengan sindrom gastroenteritis manifestasi klinis ini dapat muncul setelah beberapa saat penderita mengkonsumsi makanan/minuman yang disajikan.

e. Infeksi Saluran Napas Bawah Saluran napas bawah adalah organ vital untuk ventilasi, namun demikian tidak jarang jaringan lunak pada saluran napas ini harus bersentuhan dengan peralatan medis untuk berbagai indikasi, baik sebagai upaya menegakkan diagnosis, atau bagian dari terapi, maupun sebagai upaya penunjang untuk kasus-kasus di luar kepentingan saluran napas itu sendiri. Sebagai contoh: tindakan anestesi umum yang harus menggunakan pipa endotrakeal, pipa orofaringeal, atau pipa nasofaringeal, tindakan laringoskopi atau bronkoskopi, tindakan invasive yang lebih jauh seperti trakeostomi, pemasangan ventilator.

Semua tindakan medis infasif pada contoh kasus-kasus tersebut tentunya bukan tanpa resiko bagi penderitanya. Resiko paling besarnya adalah menyebarnya mikrobia pathogen ke organ yang terdekat, yaitu paru yang dapat menimbulkan peradangan parenkim paru (Darmaji, 2008) f. Bakteremia dan septicemia Bakteremia dan septicemia adalah infeksi siskemik yang terjadi akibat penyebaran bakteri atau produknya dari suatu focus infeksi kedalam peredaran darah. Menurut Tietjen, dkk (2006) Septicemia merupakan keadaan yang gawat, oleh karena itu harus ditangani secara cepat dan tepat untuk menghindari terjadinya akibat yang fatal. Bila terlambat, ada kecenderungan mengarah ke keadaan syok dengan angka kematian yang tinggi (50-90%).

Sebagai pemicu timbulnya bakteremia dan septicemia karena adanya tindakan medis infasif misalnya pemasangan kateter intravaskuler untuk berbagai keperluan seperti pemberian obat, nutrisi parental, hemodialisis, dan sebagainya. Manifestasi klinisnya berupa reaksi inflamasi siskemik, yaitu demam yang tinggi, serta nadi dan frekuensi pernapasan meningkat. Demam yang ada akan bertahan selama minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian antipiretik. Pada anak, secara umum tampak letargi, tidak mau makan/minum, muntah, atau diare. Pada daerah kateter vena yang terpasang, kulit tampak merah, edema disertai nyeri, dan kadang-kadang ditemukan eksudat.

Apa dampak terjadinya Infeksi nosokomial bagi Rumah sakit?
Terjadinya infeksi nosokomial akan menimbulkan banyak kerugian, antara lain lama hari perawatan bertambah panjang, penderitaan bertambah, biaya meningkat. Kerugian yang ditimbulkan akibat infeksi ini adalah lamanya rawat inap yang tentunya akan membutuhkan biaya yang lebih banyak dari perawatan normal bila tidak terkena infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat menyebabkan kematian bagi pasien. Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak mampu dengan meningkatkan lama perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obat mahal dan penggunaan pelayanan lainnya, serta tuntutan hukum. Selain itu, pencitraan nama Rumah Sakit akan mengalami penurunan seiring meningkatnya jumlah kasus kejadian infeksi nosokomial. Hal itu mengakibatkan Rumah Sakit akan kehilangan kepercayaan masyarakat dan akan mengalami kerugian akibat jumlah pasien yang datang sedikit. Oleh karena hal tersebut, akreditasi Rumah Sakit dapat turun.

Bagaimana pencegahan Infeksi nosokomial?
Fokus utama penanganan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan adalah mencegah infeksi. Salah satu upaya pencegahan infeksi nosokomial adalah menerapkan Universal Precaution pada petugas kesehatan atau petugas pelayanan kesehatan. Universal Precaution adalah kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh yang tidak membedakan perlakuan terhadap setiap pasien, dan tidak tergantung pada diagnosis penyakitnya (Irianto, 2010). Kewaspadaan universal dimaksudkan untuk melindungi petugas layanan kesehatan dan pasien lain terhadap penularan berbagai infeksi dalam darah dan cairan tubuh lain. Menurut WHO (2005) kewaspadaan universal diterapkan dengan cara : a. Cuci tangan setelah berhubungan dengan pasien atau setelah membuka sarung tangan b. Segera cuci tangan setelah ada hubungan dengan cairan tubuh c. Pakai sarung tangan bila mungkin akan ada hubungan dengan cairan tubuh d. Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada percikan cairan tubuh e. Tangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain secara aman; yang sekali pakai tidak boleh dipakai ulang f. Bersihkan dan disinfeksikan tumpahan cairan tubuh dengan bahan yang cocok g. Patuhi standar untuk disinfeksi dan sterilisasi alat medis h. Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai dengan prosedur i. Buang limbah sesuai prosedur.

Sebutkan Sumber Infeksi dari terjadinya Infeksi Nosokomial?
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses infeksi menurut Darmadi (2008) adalah: petugas kesehatan, peralatan medis, lingkungan, makanan dan minuman, penderita lain, pengunjung atau keluarga.
  1. Petugas kesehatan Petugas kesehatan khususnya perawat dapat menjadi sumber utama tertapar infeksi yang dapat menularkan berbagai kuman ke pasien maupun tempat lain karena perawat rata-rata setiap harinya 7-8 jam melakukan kontak langsung dengan pasien. Salah satu upaya dalam pencegahan infeksi nosokomial yang paling penting adalah perilaku cuci tangan karena tangan merupakan sumber penularan utama yang paling efisien untuk penularan infeksi nosokomial.Perilaku mencuci tangan perawat yang kurang adekuat akan memindahkan organisme – organisme bakteri pathogen secara langsung kepada hopes yang menyebabkan infeksi nosokomial di semua jenis lingkungan pasien.
  2. Lingkungan Lingkungan rumah sakit yang tidak bersih juga bias menyebabkan infeksi nosokomial sebab mikroorganisme penyebab infeksi bias tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang tidak bersih.
  3. Peralatan medis Peralatan medis yang dimaksud adalah alat yang digunakan melakukan tindakan keperawatan, misalnya jarum, kateter, kassa, instrument, dan sebagainya. Bila peralatan medis tidak dikelola kebersihan dan kesterilannya maka akan menyebabkan infeksi nosokomial.
  4. Makanan atau minuman Hidangan yang disajikan setiap saat kepada penderita apakah sudah sesuai dengan standart kebersihan bahan yang layak untuk dikonsumsi bila tidak bersih itu juga akan menyebabkan infeksi terutama pada saluran pencernaan yang sedang mengalami iritasi.
  5. Penderita lain Keberadaan penderita lain dalam satu kamar atau ruangan atau bangsal perawatan dapat merupakan sumber penularan.
  6. Pengunjung Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam lingkungan rumah sakit, atau sebaliknya, yang dapat ditularkan dari dalam rumah sakit ke luar rumah sakit. Infeksi nosokomial berasal dari proses penyebaran dari pelayanan kesehatan salah satunya rumah sakit. Rumah sakit merupakan tempat berbagai macam penyakit yang berasal dari pasien maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti: udara, air, lantai, makanan dan benda-benda medis maupun non medis (Darmadi, 2008). Salah satu sumber penularan infeksi nosokomial di rumah sakit adalah perawat, yang dapat menyebarkan melalui kontak langsung kepada pasien. Cara penularan terutama melalui tangan dan dari petugas kesehatan maupun tenaga kesehatan yang lain, jarum infeksi, kateter urine, kateter intravena, perban, dan cara keliru menangani luka ataupun peralatan operasi yang terkontaminasi (Hidayat, 2008).
Sumber Pustaka: Anandita, Widya. 2009. FK UI www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125505-S09125fk...Literatur... digilib.unimus.ac.id/download.php?id=7269 ejournal.undip.ac.id/index.php/medianers/article/download/.../141 riana-a-h-fkm10.web.unair.ac.id/artikel_detail-41324-.. Setiawati, Elsa Pudji. Surveilans Infeksi Nosokomial. IKM UNPAD diunduh di pustaka.unpad.ac.id/wp-content/.../surveilans_infeksi_nosokomial.pd

Rabu, 13 Maret 2013

Mahkota Putih Milik Ibuku


By Rose She

Hari ini senin, 5 september 2011. Hari dimana untuk pertama kalinya aku menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Kupilih baju yang sesuai untuk memberikan kesan pertama terbaik bagi dosen dan teman – teman baruku. Kukenakan baju gamis berwarna merah dengan corak putih bergaris. Kupadankan dengan jilbab putih polos di atas kepalaku. Kupandangi lama diriku didepan cermin, tiba – tiba airmataku menetes membasahi jilbab putih yang kukenakan. Kakiku terpaku melihat sosok di cermin yang berada tepat didepanku. Hatiku bergetar penuh kepedihan, ingatanku melayang kembali ke masa 3 tahun yang lalu.

Saat itu aku baru menerima pengumuman kelulusan SMP. Alhamdulillah, aku mendapat peringkat tertinggi dikelasku. Ibuku yang mengambil ijazah dan hasil Nilai Ujian Nasionalku tersenyum bangga dan membelai rambutku. Sebelumnya ibu pernah berjanji padaku untuk memberikan hadiah apapun yang kuinginkan jika aku dapat lulus dengan peringkat tiga keatas. Dan hari ini adalah saatnya ibu untuk memenuhi janjinya kepadaku. Aku meminta Handphone saat itu, karena aku merasa sudah selayaknya untuk memegang HP di bangku SMA nantinya. Aku dan ibu pergi ke sebuah mall untuk membeli HP. Ketika itu ibuku mampir ke sebuah toko penjual aksesoris muslim dan membeli satu jilbab putih. Aku heran dan bertanya pada ibu, “ Ibu, kenapa membeli jilbab putih? Bukankah ibu sudah punya banyak jilbab putih di rumah?”. Ibu hanya tersenyum dan berkata, “ Karena putih itu suci “. Aku hanya bisa terdiam dan membalas senyumnya.

Ibuku adalah seorang wanita yang menjadi inspirasiku dalam menjalani kehidupan. Ibu jarang marah padaku, ia lebih mengajariku dengan sikap yang ia perlihatkan sehari - harinya. Dapat dibilang kecerdesanku menurun dari ibuku. Ibu adalah seorang penulis. Banyak novel dan buku motivasi yang telah ditulisnya. Ibu selau berusaha menjadi ibu yang terbaik bagi anaknya. Bukan dengan selalu membantuku menyelesaikan masalah tetapi dengan menyusun teka – teki yang pada akhirnya membuatku mandiri untuk mengatasi masalahku sendiri.

Beberapa hari kemudian ketika aku selesai mengikuti tes masuk SMA, aku diberi kabar bahwa ibu masuk rumah sakit. Segera aku bergegas menuju rumah sakit yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari SMA tempat aku mengkuti tes. Ayahku hanya bilang bahwa ibu akan baik – baik saja dan menyuruhku untuk berdo’a. Setelah dokter memperbolehkanku bertemu ibu, baru aku tahu bahwa ibu terkena penyakit kanker darah atau leukimia stadium akhir. Selama ini aku baru menyadari betapa lemahnya fisik ibuku, tetapi beliau selalu menyembunyikannya dalam senyum. Melihat ibuku yang tak sadarkan diri dalam ranjang rumah sakit, hatiku pilu mendengar bahwa sebenarnya ibu telah menderita penyakit ini selama 5 tahun, setiap cek ke dokter mereka selalu menyembunyikannya dariku karena tidak ingin membuatku khawatir. Hatiku menangis dan air matakupun hampir jatuh. Tapi aku berusaha menahannya karena aku ingat pesan ayahku, “Jadilah setegar batu karang yang tak pernah rapuh walau terhempas oleh ombak, dan jika kau tak mampu menahannya, buatlah hanya kau dan Tuhanmu yang tahu air matamu”. Itulah yang ayahku katakan untuk membuat anak semata wayangnya selalu berdiri tegak.

Mulai hari itu, setiap hari aku mengunjungi ibu ke rumah sakit. Sambil menunggu pengumuman hasil tes masuk SMA, aku merawat ibuku dengan menyuapi makanan dan mengingatkan ibu untuk minum obat. Selain itu juga kami berbagi cerita tentang teman – teman dan impianku. Disela – sela perbincangan kami, ibu memberi beberapa petuah yang akan selalu aku ingat dan tanamkan dalam pikiranku. Suatu ketika aku membantu ibuku menyisir rambutnya. Helai demi helai rambut yang kusisir berjatuhan dilantai. Saat itu hatiku menahan tangis dan berkata dengan lirih,“ Ibu....”

Ia hanya tersenyum dan memintaku agar terus menyisirnya. “Kau tahu kenapa rambut disebut sebagai mahkota bagi para wanita?”Ibu bertanya padaku.

“ Karena wanita akan terlihat cantik jika memiliki rambut yang indah.” jawabku.

“Bukan itu nak, tapi karena rambut adalah mahkota yang harus dijaga dari fitnah dan dijaga keindahannya untuk orang – orang yang spesial.”

“Siapakah orang spesial itu Ibu?”

“Kau akan tahu jika kamu ingin mencari tahu.” Sekali lagi ibuku tersenyum sendu.

Hingga pada waktu pengumuman aku diterima di salah satu SMA favorite dikotaku, ibuku bahagia dan berkata, “ Kau memang anakku yang terbaik, ibu bangga padamu dan berharap dapat melihatmu diterima di perguruan tinggi juga nantinya.”

Walau kini ibuku sudah tak memiliki rambut yang utuh seperti dulu, aku selalu membantunya mengenakan jilbab putih yang selalu dipakainya. Baginya, jilbab putih itu adalah mahkota yang dimilikinya sekarang. Semakin hari kondisi ibuku semakin lemah, terkadang ia pingsan tak sadarkan diri. Hingga pada suatu malam, ibu memanggilku dan ayah. Tiba – tiba Ibu melepas ‘mahkotanya’ sehingga terihat kepala botaknya. ‘Mahkota’ itu lalu dikenakannya di kepalaku dengan susah payah dan berbisik padaku, “Jadilah sesuci warna mahkota ini”. Kemudian ibu mencium tangan ayahku sambil tersenyum, lalu tak sadarkan diri untuk selamanya. Aku pernah berjanji untuk tidak menangis lagi dihadapan ayahku, tapi saat itu aku tidak dapat menurutinya. Airmataku menetes meluapkan kedukaan dalam hatiku. Orang yang menjadi panutan dan kekuatanku telah tidur untuk selamanya. Hatiku begitu sedih dan berharap ini hanya mimpi buruk yang akan
segera berakhir. Tetapi ini kenyataan yang harus aku hadapi. Aku menangis lama diranjang ibuku sampai ayah memeluk dan menghapus airmataku.

“Ris...Riska....ayo berangkat!!”

Itulah mimpi burukku 3 tahun yan lalu. Kini aku telah terbangun dan benar – benar menyadari bahwa pada akhirnya nanti aku juga akan menyusul ibu. Saat ini aku hanya memiliki ayah. Aku akan menuruti satu - satunya orang tua yang kupunya. Mungkin ibuku tidak dapat melihatku masuk Perguruan Tinggi, tapi aku berharap dapat bertemu dan menceritakan semua kisahku di surga nantinya. Sejak ibuku meninggal, aku mulai mengenakan jilbab hingga sekarang. Saat itulah aku mulai megerti kenapa ibuku membeli jilbab putih waktu aku lulus SMP. Karena jilbab itu adalah hadiah terindah dari ibuku untuk menjadikanku selalu tetap suci sebagai seorang wanita muslimah. Ya, “ Putih itu Suci ”. Sambil tersenyum aku meninggalkan cermin dan menuju ayahku.

Selasa, 12 Maret 2013

Ibuku Masa Depanku Anakku Masa Depan Umatku

“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia kecintaan terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan – perempuan, anak – anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik.” (Qs Ali-Imran: 14)


Subhanallah, ketika menyebutkan berbagai hal yang menjadi kecintaan manusia, dalam surat cintaNya Allah mendahulukan wanita sebelum yang lain, hal ini memberi isyarat bahwa wanita menjadi sumber terbesar kenikmatan, kesenangan, dan perhiasan hidup di dunia. Kalau kita mau mencermati, sungguh wanita sangat dimuliakan dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda, “ Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik – baik perhiasan adalah wanita yang solehah”(H.R Muslim).

Keistimewaan ini tentunya diikuti dengan tugas berat dari Allah SWT kepada kaum hawa untuk mengandung keturunan khalifah Allah selama 9 bulan dan melahirkannya dengan susah payah. “…Ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula)” (Qs. Al-Ahqaaf: 15) Allah SWT meniupkan sifat kecintaan dan kelemahlembutan kepada para wanita untuk dicurahkan kepada janin yang dikandungnya dalam rahim. Pengorbanan demi pengorbanan diwujudkan dalam bentuk kasih sayang dan kesabaran menahan rasa sakit, bahkan nyawapun menjadi taruhannya. Tidak sedikit wanita yang meninggal oleh karena janin yang ada di dalam rahimnya. Hingga kini Indonesia masih menempati posisi tertinggi tingkat kematian ibu se-Asia, tercatat sebanyak 307 kematian per 100.000 kelahiran hidup.(INNChannels,2007). Sungguh miris keadaan ini mengingat Indonesia sebagai negara yang memiliki penduduk Islam terbanyak di dunia. Seperti inikah cara memuliakan seorang wanita? Tingginya tingkat kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh budaya patriaki yang masih kental. Perempuan tidak memiliki kendali penuh atas dirinya. Seringkali perempuan tidak berkuasa kapan dia harus mengandung, padahal disaat itu mungkin hamil bisa membahayakan keselamatannya. Selain itu, kemiskinan, rendahnya pendidikan, kurangnya akses terhadap informasi, tingginya peranan dukun dan terbatasnya layanan medis modern juga menjadi pemicu tingginya kematian ibu melahirkan.

Oleh sebab itu, dicanangkanlah program Safe Motherhood guna mengurangi Angka kematian Ibu dan bayi (AKI/AKB) melalui peningkatan layanan obstetri, antenatal, dan Keluarga berencana (KB). Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu pilar safe motherhood yang bertujuan untuk menekan angka kelahiran guna mengurangi kepadatan penduduk dan memberantas kemiskinan. Dalih itulah yang kini membuat pasangan suami istri berbondong – bondong mencari alat kontrasepsi yang pas untuk mencegah kehamilan , bahkan pasangan yang belum menikah pun banyak menggunakannya demi menutupi perbuatan hina mereka. Naudzubillah.

Lalu, bagaimanakah sebenarnya Islam memandang program KB sebagai sarana untuk menghambat atau mengurangi jumlah keturunan? Berdasarkan syariat Keluarga Berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha pengaturan (tanzim al-nasl) kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (mashlahat) keluarga, masyarakat maupun negara. Berbeda dengan pengertian birth control, yang artinya pembatasan/penghapusan kelahiran (tahdid al-nasl). Istilah birth control dapat berkonotasi negatif karena bisa berarti aborsi dan strerilisasi (pemandulan). Tujuan umum dari KB adalah membentuk keluarga kecil yang sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Saudara-saudaraku sesama muslim, kita sebagai umat yang beriman kepada Allah ta’ala, Dzat Yang Maha Memberi rezeki, hendaknya percaya bahwa ketika Allah menciptakan manusia, Allah juga telah mempersiapkan untuknya segala yang akan ia dapatkan selama hidup di dunia, sehingga tidaklah ada sesuap makanan yang masuk ke dalam mulutnya, melainkan sebagian dari rezeki yang telah Allah tuliskan untuknya. Allah SWT tidak pernah menciptakan satu manusia pun tanpa jatah rezeki yang telah ditetapkan. “Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya.” (Qs Huud: 6)

Inilah kejadian yang sebenarnya terjadi, yaitu masing-masing kita telah mendapat jatah rezeki, yang tidak mungkin berkurang atau bertambah. Oleh sebab itu, tidak ada alasan untuk khawatir akan kekurangan rezeki karena memiliki banyak anak. Masing-masing anak kita lahir dengan membawa jatah rezekinya sendiri-sendiri. Kita tidak akan mengurangi jatah rezeki anak kita, sebagaimana anak kita tidak akan mengurangi jatah rezeki kita. Bahkan tidaklah ada orang yang mati, melainkan bila jatah rezekinya telah ia dapatkan semuanya dengan sempurna. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Nikahilah wanita yang banyak anak lagi penyayang, karena sesungguhnya aku berlomba-lomba dalam banyak umat dengan umat-umat yang lain di hari kiamat (dalam riwayat yang lain : dengan para nabi di hari kiamat)”.[Hadits Shahih diriwayatkan oleh Abu Daud 1/320, Nasa’i 2/71, Ibnu Hibban no. 1229, Hakim 2/162.

Tentu saja program KB bertentangan dengan Hadist diatas yang memerintahkan untuk menikahi wanita yang banyak anak. Karena hakekatnya umat islam itu membutuhkan jumlah yang banyak, sehingga mereka beribadah kepada Allah, berjihad di jalan-Nya, melindungi kaum muslimin -dengan ijin Allah-, dan memperjuangkan Islam sebagai agama Allah. Maka kita sebagai umat muslim wajib untuk meninggalkan perkara ini (membatasi kelahiran) dan tidak menggunakannya kecuali darurat. Keadaan darurat tersebut dapat berupa: Sang istri tertimpa penyakit di dalam rahimnya, atau anggota badan yang lain, sehingga akan membahayakan nyawanya jika ia hamil, atau dapat menularkan penyakitnya kepada sang suami. Demikian juga, jika sudah terlalu sering melahirkan, sedangkan istri keberatan jika hamil lagi, maka tidak terlarang menggunakan kontrasepsi dalam waktu tertentu, seperti setahun atau dua tahun dalam masa menyusui, sehingga ia merasa ringan untuk kembali hamil. Adapun jika penggunaan alat kontrasespsi dengan maksud berkonsentrasi dalam karier, supaya hidup senang tanpa beban, bahkan hanya untuk menutupi perbuatan zina yang dilarang islam, atau hal-hal lain yang serupa dengan itu, sebagaimana yang dilakukan kebanyakan wanita zaman sekarang, maka hal itu jelas dilarang dan bertentangan dengan syariat Islam. “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Qs An-Nisa: 9)

Walaupun dalam keadaan tertentu KB diperbolehkan, ada baiknya kita sebelum melakukan program KB dan menggunakan alat kontrasepsi terlebih dahulu berkonsultasi dengan seorang dokter muslim yang dipercaya agamanya, sehingga dia tidak gampang membolehkan suatu hal yang tidak sesuai dengan syariat. Ini perlu ditekankan karena tidak semua dokter bisa dipercaya, dan banyak di antara mereka yang dengan mudah membolehkan pencegahan kehamilan karena ketidakpahaman terhadap hukum-hukum syariat Islam. 

Kita sebagai umat muslim yang senantiasa berpikir tentu mengetahui bahwa Allah tidak akan melarang suatu perbuatan kalau perbuatan itu tidak merusak jiwa, tidak akan menyuruh kalau suruhan itu tidak membawa selamat dan bahagianya jiwa. Jika Allah telah mentakdirkan seorang manusia lahir ke bumi, maka usaha apapun yang telah manusia lakukan untuk mencegahnya tidak akan mampu untuk menentang kekuasaan Allah. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa bertawakal pada Allah agar selalu diberikan yang terbaik termasuk keturunan – keturunan kita nantinya. Wallahu a’lam bis showab. by : Rosi Fariska